SELAMAT DATANG DI BLOG SANGGAR SASTRA TASIK............................................MENGGAULI SASTRA BUKANLAH DOSA

Senin, 03 Oktober 2016

GERAKAN SASTRA MEMBANGUN DESA

SASTRA MEMBANGUN DESA
Oleh : Irvan Mulyadie
            Pagi, sekira pukul 06.00 WIB, kompleks bale Desa Mangunjaya Kecamatan Mangunjaya Kabupaten Pangandaran begitu tenang. Nampak tanpa aktivitas berarti. Padahal, pada malam sebelumnya, ada banyak tokoh masyarakat yang berkumpul di sana. Berbincang hangat tentang kondisi terkini desa dan segala peraturan yang menyertainya sambil mereguk bajigur hangat dan goreng Singkong bersama pembicara Drs.Asep Chahyanto, M.Si.

Tapi itu hari Minggu, tepatnya 24 Juli 2016. Hari dimana kantor bale desa sedang libur. Sementara tak jauh dari sana, riuhnya Pasar Gimbal yang tradisional terus bergeliat dalam ritual transaksional antara penjual dan pembeli. Dengan barang dagang hasil bumi, kelontongan, sandang-pangan dan tentu saja kuliner khas daerah setempat: Soto Entog.

Hari itu Sanggar Sastra Tasik mendapat undangan kehormatan dari Sanggar Banyu Bening untuk mengisi materi diskusi dengan para pendidik yang tersebar di lingkungan Desa Mangunjaya dan aktivis seni lokal. Tadinya kegiatan dimaksud hanya untuk sekedar acara silaturahim. Hanya diperjalanan, diskusi jarak jauh via facebook dan pesawat handphone itu terus berkembang. Maka jadilah acara khusus. Temanya sangat menarik, yakni Sastra Membangun Desa.

Sekedar untuk mengingat, Kabupaten Pangandaran mulai berpisah dari Kabupaten Ciamis sejak diterbitkannya Undang - undang Nomor 21 Tahun 2012 tentang Pembentukan Kabupaten Pangandaran di Provinsi Jawa Barat. Dan sebagai daerah yang berada di lingkungan kabupaten termuda di Jawa Barat, Desa Mangunjaya sendiri bisa dibilang paling tua keberadaannya bila dibandingkan daerah sekitar lainnya. Hal ini tampak dari berbagai jejak ‘karuhun’ yang tersebar di berbagai sudut kampung. Mulai dari petilasan zaman kerajaan Mataram hingga arsitektur berupa tanggul warisan sejarah penjajahan Belanda. 

Di dalam acara diskusi Sastra Membangun Desa, saya tampil sebagai Moderator. Sementara pembicaraan dibagi dalam dua bagian, yakni pengetahuan umum dan proses kreatif dalam sastra serta teknik penampilan baca puisi. Adalah Acep Zamzam Noor, Saeful Badar dan Sarabunis Mubarok yang membedah tentang pentingnya peranan sastra bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Tidak kecuali di lingkup desa.
“Cikal bakal negara Indonesia terlahir dari sebuah puisi yang berjudul Sumpah Pemuda. Puisi tersebut menjadi pengikat antar suku di Nusantara untuk bersatu, sehingga mampu mengusir penjajah dan merdeka” Terang Acep.

Sementara itu, Saeful Badar memberikan gambaran melalui pengalaman sejatinya tentang berbagai tantangan dalam mengajarkan sastra di sekolah. Bagaimana misalnya ia melatih kepekaan murid-muridnya di SMPN Langkaplancar dulu melalui kecintaan terhadap buku.           “Mempelajari sastra harus dimulai dari kecintaan membaca. Sebab tanpa itu semua, sebuah keniscayaan untuk menghasilkan karya sastra yang baik”

“Lingkungan sekitar akan berpengaruh terhadap kreativitas seseorang dalam berkarya, termasuk juga dalam karya sastra. Diharapkan, pihak sekolah mampu menjembatani hal itu” Kata Sarabunis Mubarok yang pada kesempatan itu lebih membahas ke persoalan-persoalan teknis dalam penulisan kesusastraan.

Di lain saat, diskusi Sastra Membangun Desa kian menghangat. Praktisi teater dan sastra Amang S Hidayat dan Jabo Widiyanto, begitu terampil memainkan tempo dalam mengisi materi tentang teknik baca puisi dan segala pengetahuannya tentang hal itu. Tanya jawab dari peserta yang didominasi praktisi pendidikan dan aktivis seni itu kian seru. Apalagi, disela-sela diskusi dihadirkan juga pembacaan puisi dari Rizky Arbianto, Mataya Sutiragen, dan....(budak unsil) ???

Keseruan tak sampai disitu, acara yang digelar sejak pukul sembilan pagi dan dikoordinatori oleh penyair Doni M Nur dan Yanuwar Effendi kian siang semakin hidup. setelah sesi berakhir dengan penyerahan penghargaan dari pihak Kepala Desa Mangunjaya yang sekaligus Sesepuh Sanggar Banyu Bening, Furkonudin kepada Sanggar Sastra Tasik dan Drs. Asep Chahyanto, M.Si, acara yang dihadiri oleh Camat Mangunjaya itu pun happy ending dengan suguhan Stand Up Commedy dari Azim Borelak.

Mari kita simak fotonya : 






Tidak ada komentar: